Inses Terjadi Berulang Dalam Keluarga - Warta Global Lampung

Mobile Menu

Top Ads

Berita Update Terbaru

logoblog

Inses Terjadi Berulang Dalam Keluarga

Tuesday, 4 July 2023
Prignsewu, wartaglobal.id - Any Nurhayaty  mengatakan, inses terjadi berkali-kali dalam keluarga disebabkan kesalah faham korban terhadap prilaku inses serta paksaan dan ancaman dari pelaku. Dampak inses pada korban akan mengalami ganguan psikologis, medis, stigma, dan masa depan.

Any menambahkan, inses adalah hubungan seksual yang terjadi antara kerabat inti seperti ayah atau paman. “Inses dapat terjadi suka sama suka dalam perkawinan namun banyak terjadi secara paksa dengan tipu daya dan iming-iming dari pelaku”, kata Any pada acara Seminar Nasional dengan tema "Membangun Kesadaran Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan Seksual Hubungan Sedarah (Incest) Terhadap Perempuan dan Anak" di Pringsewu. Selasa, 4 Juli 2023.

Adapun korban biasanya anak dibawah umur yang normal atau keterbelakangan mental. Inses merupakan perbuatan terlarang hampir disetiap lingkungan dan budaya, ujar Any.

Berdasarkan klasifikasi kekerasan seksual (Huraerah, 2012). Peroksaan adalah pemaksaan hubungan seksual. Exploitasi seksual yaitu segala pemanfatan organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untukmendapatkan keuntungan tidak termasuk pada pelacuran dan pencabulan. “Incest/inses merupakan hubungan seksual yang terjadi antar keluarga”, papar Wakil Rektor 1UML.

Tak hanya itu, beberapa faktor terjadinya inses seperti faktor internal meliputi biologis dan psikologis. Faktor ekonomi, pendidikan dan pengetahuan serta pemahaman agama. “Faktor struktural yaitu konflik budaya, kemiskinan, dan pengangguran”, tegas ibu satu putra dan putri.

Jenis inses berdasarkan penyebabnya, pertama ketidaksengajaan seperti kakak dan adik dengan dorongan seksual remaja atau eksperimental dari tontonan media social serta meniru orang tuanya. Kedua, psikopatologi/pedofilia merupakan prilaku alkoholik atau pengaruh obat-obatan serta adanya ganguan psikologi seperti pedofilia, tambah psikolog.

Kemudian, alasan anggota keluarga pelaku inses seperti ayah karena masa kecil kurang bahagia, keluarga tidak harmonis, korban penganiayaan seksual masa kecil, kepribadian pasif agresif serta pengguna obat terlarang serta alkoholik, kata Any.

Pelaku inses pada ibu disebabkan tingkat kecerdasan rendah dan mengalami ganguan emosional. Kurangnya kehadiran suami secara fisik dan emosional sehingga berharap anak laki-laki dapat memenuhi keinginannya. “Saudara kandung pelaku insen biasanya kakak meniru orang tua, keinginan mendominasi adik”, imbuh alumni UNPAD.

Kenali gejala anak mengalami kekerasan seksual diantaranya, kesulitan/ kesakitan saat berjalan dan duduk, perubahan prilaku menjadi pendiam, perubahan selera makan, penambahan/penurunan berat badan secara drastic, gangguan tidur, tidak mau ditinggal sendirian, dan percobaan bunuh diri, ungkap alumni UGM.

Tahap pencegahan secara preventif, promotif, dan kuratif. “Mari bekerjasama, instansi resmi, apparat desa, lembaga mandiri, institusi Pendidikan, dan masyarakat dalam menangani masalah inses ini”, pungkas Any.

Diketahui, acara ini kerjasama  antara Forum Kerjasama Kejaksaan Negeri Pringsewu  dan Pondok Pesantren Insan Mulia Boarding School Pringsewu. Acara diadakan tatap muka serta secara daring yang dihadiri lebih dari 300 peserta. (Heny)