Isra Mikraj Perjalanan Mencerahkan. - Warta Global Lampung

Mobile Menu

Top Ads

Berita Update Terbaru

logoblog

Isra Mikraj Perjalanan Mencerahkan.

Tuesday, 21 February 2023

 

Dr. Hasbullah, M.Pd.I
(Dosen AIK Universitas Muhammadiyah Pringsewu)

Warta Global Lampung, Pringsewu - Isra’ dan Mikraj merupakan peristiwa bersejarah, bukan saja untuk seorang Nabi Muhammad SAW. namun bersejarah untuk kehidupan umat Islam secara universal. Perjalanan rohani, bertujuan untuk memperlihatkan kekuasaan kepada nabi yang saat itu masih dikerumuni kesedihan atas kepergian (meninggal dunia) orang-orang yang menemani dakwah nabi saat itu (Abu Thalib dan Siti Khodijah). Dari Isra’ Mikraj inilah nabi diberikan kekuatan dan keyakinan bahwa jalan dakwah itu sebenarnya jalan yang menggembirakan, menyenangkan, memuliakan dan mencerahkan. 


Begitu penting dan mulianya peristiwa Isra Mikraj ini, oleh Allah SWT dituliskan dalam Al Quran Surat Al Isra (17): 1 “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjid Al Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”. Terang dan jelas bahwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra Mikraj merupakan perjalanan suci yang langsung diperintah dan disambut oleh sang Maha kuasa Allah SWT. 


Perjalanan panjang yang secara nalar logika tidak dapat diterima, namun dengan nalar keimanan hal itu pasti bisa dan terjadi. Penerimaan atas peristiwa tersebut, saat itu menjadi tolak ukur keimanan seseorang. Perjalanan panjang dalam hitungan manusia, namun selesai dalam waktu setengah malam. Begitulah jika kekuasaan Allah yang telah di hamparkan, maka tidak ada lagi kekuasaan yang dapat menandinginya. Hal ini mengisyaratkan bahwa kesedihan, kegundahan dari semua hal yang terjadi pada manusia (saat itu diwakili oleh Nabi Muhammad SAW), akan dapat diselesaikan jika diadukan kepada sang Khaliq.  


Tanggal 27 Rajab merupakan tanggal memperingati Isra’ Mikraj sering disebut sebagai perjalanan rohaniah dan Shalat lima waktu menjadi buah tangan perjalanan tersebut. Shalat lima waktu adalah ibadah yang menjadi salah satu rukun Islam. Ibadah yang menjadi tolak ukur dari kebaikan amalan-amalan ibadah lainnya. Ibadah yang menjadi tiang dari agama Islam dan ibadah yang menggambarkan kedudukan Allah SWT dan kedudukan manusia sejatinya. Di sinilah letak bahwa Isra dan mikraj merupakan perjalanan yang mencerahkan. 


Isra’ Mikraj Perjalanan Mencerahkan 


Mencerahkan begitulah penulis mencoba mengambil sudut lain dari perjalanan suci Isra’ Mikraj, hal ini dapat dilihat dari beberapa hikmah dari perjalanan tersebut. Setidaknya ada enam hikmah yang mencerahkan sebagai berikut:  Pertama, Isra’ Mikraj adalah perjalanan mengeluarkan manusia dari kegelapan pada cahaya. Artinya bahwa Isra’ Mikraj telah melapangkan kesusahan dan kegusaran yang terjadi pada Rasulullah dengan memberikan keyakinan bahwa perjuangan Nabi Muhammad SAW akan dijamin oleh Allah. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). QS. Al Baqarah: 257”. 


Kedua, Isra’ Mikraj  menyampaikan bahwa dakwah merupakan jalan melakukan pencerahan. Dari peristiwa inilah bahwa usaha dakwah nabi akan menghadirkan pencerahan, dengan Isra Mikraj inilah menyatakan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa dakwah yang telah berjalan harus juga berdasarkan pelajaran-pelajaran kebijaksanaan dan juga perilaku yang baik ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.  QS. An Nahl 125”. 


Ketiga, Shalat 5 waktu menjadi komponen pokok mencerahkan dalam kehidupan. Pada rangkaian dari syarat syah dan rukun Shalat, tersirat langkah pencerah bagi setiap muslim. Mencerahkan bukan saja dilakukan secara fisik saja, melain pikiran dan hati pun harus dicerahkan dengan cahaya yang hakiki dan cara adalah merendahkan diri di hadapan Illahi Robbi pemilik langit dan bumi,  “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. QS. An-Nur Ayat 35”. 


Keempat,  Isra Mikraj mengajarkan bahwa mencerahkan itu harus banyak membaca (Iqra). Budaya baca sudah semestinya menjadi kebiasaan seorang muslim. Dengan membaca semua jendela kehidupan dapat terbuka, baik itu kehidupan dunia maupun akhirat. Bagaimana tidak membaca menjadi kalimat utama pada  ayat yang di wahyukan kepada Nabi,  pada perjalanan Isra Mikraj diperlihatkan semua bacaan atas kejadian yang telah, sedang dan akan terjadi. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. QS. Al-’Alaq: 1-5”.


Kelima, Isra Mikraj mengajar mencerahkan itu adalah memikirkan, menelaah dan membahas akan masa depan. Masa yang akan datang haruslah jauh lebih baik dari masa lalu maupun masa kini, di masa depanlah ada harapan kebaikan dan kemuliaan akan dapat wujudkan. Isra Mikraj Nabi inilah meyakinkan bahwa ada masa depan yang harus dipersiapkan dengan baik dan orang beriman harus khawatir akan masa yang akan datang. “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Qs. Al-Hasyr: 18.”


Keenam, Isra Mikraj mengajarkan bahwa mencerahkan hanya dapat dengan cara  agar memaksimalkan potensi  manusia sebagai khayra Ummah. Sejatinya setiap manusia memiliki potensi atas segala bentuk kebaikan  pada dirinya dan dapat juga diberikan kepada orang lain. Adapun potensi tersebut adalah menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah dengan baik. Potensi inilah yang menjadi bekal bahwa setiap manusia dapat mencerahkan kehidupan. “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. QS. Ali Imran: 110”.